/////
archives

Archive for

Islamic Widget

MTV: Apakah Masih Ada?*

Beberapa dari Anda mungkin adalah bagian dari MTV generation. Sebuah label generasi untuk orang yang lahir antara tahun 1975-1986, yang masa remaja atau pendewasaannya cenderung dipengaruhi oleh budaya pop yang disiarkan oleh MTV yang muncul pada tahun 1981.
Generasi ini merupakan saksi hidup yang melihat perkembangan teknologi di akhir 1980an dan sepanjang dekade 1990an mulai dari TV satelit, pager, komputer, video game, internet, dan kemudian handphone. Bisa dibilang generasi ini pada umumnya cenderung technology savvy.

Generasi ini memiliki apresiasi tinggi terhadap musik, film, fashion dan tren lainnya yang berkembang di era tersebut. Bisa dibilang nilai-nilai psikografis, gaya-hidup, perspektif pemikiran, dan attitude mereka dibentuk oleh apa yang ditonton di MTV ketika mereka beranjak dewasa.
Hari-hari di masa remaja mereka lewati dengan menonton idola mereka di channel tersebut mulai dari video jockey (VJs) sampai artis yang beken saat itu mulai dari yang ngepop seperti Cindy Lauper, Prince, Madonna sampai yang metal seperti Metallica dan Guns N Roses.

Anggota generasi ini sekarang sudah beranjak dewasa, dan banyak diantara mereka yang bahkan tidak lagi nonton MTV. Kenapa? Alasannya tentu banyak. Selain tidak punya waktu untuk nonton TV, sekarang juga banyak media lain untuk mengkonsumsi musik. Apalagi musik yang ditampilkan di MTV saat ini toh sudah tidak sesuai lagi dengan selera mereka. Jika dilihat dari konten yang disodorkannya sekarang, MTV memang lebih dari sekedar musik. Ia begitu ikonik, menjadi bagian dari budaya pop, sehingga mengklarifikasi bahwa ia sesungguhnya adalah bagian dari komunitas budaya pop di jaman globalisasi.

Di awal tahun ini, MTV melepas embel ”Music Television” di logo-nya. Hal ini dikarenakan seiring perkembangan jaman bahwa ia tidak lagi tentang musik. Meskipun dilahirkan, diinspirasi, dan didorong oleh musik, dengan melepas embel-embel ”Music Television” ini mereka mencoba mengatakan bahwa mereka tidak dilimitasi oleh musik itu sendiri. Dan tentunya bukan saja musik yang ia ingin tinggalkan, tapi juga Televisi. Satu hal yang ia coba adalah untuk membentuk sebuah kohort generasi baru, sebut saja ”Generasi MTV 2.0”

Ketika dominasi media massa yang bersifat broadcast seperti TV dirobohkan oleh media horizontal seperti blog, podcast, social networking, Facebook, dan YouTube, MTV pun mulai mengeliat. Ketika dominasi MTV sebagai ikon anak muda kian tersaingi oleh media horizontal yang lebih funky dan techy seperti MySpace, MTV pun mulai menggeliat.

Seiring dengan perjalanan waktu, MTV memang semakin mengadopsi tren horisontalisasi di dunia pemasaran. Tidak bisa lagi ia membroadcast secara vertikal, namun menghorisontalkan diri dengan menjadi komunitas yang sifatnya web di dunia online dan offline. Untuk menjadikan komunitas bersifat web-nya secara solid, ia memiliki faktor penarik (pooling factor) yang sangat kuat yaitu budaya pop. Artinya siapapun yang suka akan budaya pop bisa ikut ke komunitas mereka. Selain memiliki pooling factor yang kuat, ia juga punya hub yang tersebar di mana-mana, sebut saja para pembawa acara, dan juga para artis yang diajak nongkrong bareng secara on dan offline, on dan offair.

Meskipun berubah, rohnya MTV tetap sama, bahwa ia adalah bagian dari sebuah budaya pop, yang membentuk nilai-nilai psikografis, gaya-hidup, perspektif pemikiran, dan perilaku dari para pengikutnya yaitu komunitas pencinta budaya pop. Ia menjadi sebuah klaster, tempat di mana segala sesuatu yang berhubungan dengan budaya pop ada di sana, mulai dari pekerja, produser, sampai penikmat budaya pop menyatu di sana. Maka tak heran kalau di tengah pergantian jaman, karakter MTV tetap konsisten sampai sekarang, bahwa ia selalu menjadi bagian dari generasi anak muda dan budaya pop.

*Hermawan Kertajaya

Tehnik Display Produk

Display merupakan salah satu cara yang digunakan oleh perusahaan dalam melaksanakan promosi penjualan.

pengertian display yaitu merupakan pemajangan atau tata letak barang dagangan untuk menarik minat beli konsumen agar terciptanya pembelian. Dengan melihat barang dagangan, konsumen akan tertarik serta memudahkan konsumen dalam memilih barang yang diinginkan.

Tujuan pokok display adalah:

* Untuk menarik konsumen agar membeli barang yang ditawarkannya
* Untuk menimbulkan minat beli konsumen pada barang yang dipajang
* Untuk mendorong konsumen agar berkeinginan untuk membeli barang yang ditawarkan.

Didalam Pelaksanaan display produk ada faktor – faktor yang menjadi pegangan pola kerja. Faktor – faktor tersebut adalah:

1. Visual Impact

Visual impact meliputi pusat perhatian, cahaya serta kebersihan dan kerapihan .Dalam pengaturan cahaya yang harus diperhatikan adalah warna lampu. warna yang digunakan harus warna yang natural dan tidak membohongi pengunjung yang dapat mengubah warna barang. Jenis lampu yang baik adalah halogen karena warnanya tidak menyebar, sehingga setiap area display terlihat dengan jelas oleh konsumen dan menjadi pusat perhatian serta membangkitkan minat konsumen tentu saja ini ditunjang oleh kebersihan dan kerapihan dari penyusunan produk tersebut.

2. Visual Balance

Visual balance sangat dipengaruhi oleh warna, latar belakang dan keseimbangan ukuran produk. Ketentuanya adalah sebagai berikut:

1. Susunan warna dari warna tua ke muda dan warna terang disimpan di ujung.
2. Latar belakang ini tidak boleh mendominasi daya tarik barang yang ditampilkan.
3. Produk yang sama dengan ukuran yang berbeda disusun di rak di atas maupun yang dibawahnya secara pengelompokan vertikal.
4. Produk yang sama dengan ukuran yang berbeda disusun bersebelahan pada suatu rak, dengan ukuran lebih kecil kearah kiri sedangkan ukuran yang lebih besar kearah kanan.

3. Posisi ( Produk Facing )

Letak barang harus menghadap ke pelanggan dengan persediaan yang ada disusun dibelakangnya sekitar 36 % posisi barang yang menghadap ke pelanggan searah jam 2 dan jam 4 juga mengalami peningkatan penjualan.label harga juga termasuk ke produk facing dimana label harga harus diletakan secara seragam pada tiap produk dan sebaliknya ditempel pada ujung kanan atau diatas produk.

Zona Nyengir Humor Marketing

Istilah dalam Dunia Marketing

Sejumlah mahasiswa bertanya pada dosennya tentang arti dari beberapa istilah dalam dunia marketing. Agar lebih mudah dipahami ia menjelaskannya dengan sejumlah analogi:

1. Ada gadis cantik di sebuah pesta. Kamu mendatanginya dan langsung bilang, “Saya orang kaya. Nikah sama saya, yuk!” Itu namanya Direct Marketing.

2. Ada gadis cantik di sebuah pesta. Salah satu temanmu menghampirinya. Sambil menunjuk ke arah kamu, temanmu itu berkata, “Dia orang kaya, nikah sama dia, ya!” Itu namanya Advertising.

3. Ada gadis cantik di sebuah pesta. Kamu menghampirinya, lalu minta nomor HP. Esok harinya kamu telepon dia dan langsung bilang, “Saya orang kaya. Nikah sama saya, yuk!” Itu namanya Telemarketing.

4. Kamu melihat gadis cantik di sebuah pesta. Kamu merapikan diri, lalu menuangkan minuman buat dia, dan membukakan pintu buat dia. Sambil mengantarnya pulang, kamu bilang, “By the way, saya orang kaya nih. Nikah sama saya, yuk!” Itu namanya Public Relations.
5. Kamu melihat gadis cantik di sebuah pesta. Dia menghampiri kamu dan berkata, “Kamu orang kaya, kan? Nikah sama saya, yuk!’ Itu namanya Brand Recognition.

6. Ada gadis cantik di sebuah pesta. Kamu mendatanginya dan langsung bilang, “Saya orang kaya. Nikah sama saya, yuk!”, tapi dia malah menampar kamu. Itu namanya Customer Feedback.

7. Ada gadis cantik di sebuah pesta. Kamu mendatanginya dan langsung bilang, “Saya orang kaya. Nikah sama saya, yuk!”, terus dia memperkenalkan kamu ke suaminya. Itu namanya Demand and Supply Gap.

8. Kamu melihat gadis cantik di sebuah pesta. Kamu menghampirinya, tapi belum juga kamu sempat bilang apa-apa, ada pria lain datang dan
langsung berkata, “Saya orang kaya nih. Nikah sama saya, yuk!’ Lalu sang gadis pergi dengan pria tersebut. Itu namanya Losing Market Share.

9. Kamu melihat gadis cantik di sebuah pesta. Kamu menghampirinya, tapi belum juga kamu sempat bilang, “Saya orang kaya nih. Nikah sama saya, yuk!’…. tiba-tiba istri kamu nongol! Itu namanya Barrier to New Market Entry.

Siapakah Manusia Terjenius Se-Dunia…?

Siapakah manusia terjenius yang pernah dimiliki dunia? Da Vinci? John
Stuart Mills? Atau Albert Einstein seperti yang selama ini diperkirakan
orang?
Ketiganya memang dianggap jenus-jenius besar yang telah memberikan
banyak pengaruh terhadap bidangnya masing-masing. Tapi gelar manusia
terjenius yang pernah dimiliki dunia rasanya tetap layak diberikan kepada
William James Sidis. Siapakah ia? Mengapa namanya tenggelam dan kurang
dikenal walau angka IQnya mencapai kisaran 250–-300?..Ya ampun..
Keajaiban Sidis diawali ketika dia bisa makan sendiri dengan menggunakan
sendok pada usia 8 bulan. Pada usia belum genap 2 tahun, Sidis sudah
menjadikan New York Times sebagai teman sarapan paginya. Semenjak saat itu.
namanya menjadi langganan headline surat kabar : menulis beberapa buku
sebelum berusia 8 tahun, diantaranya tentang anatomy dan astronomy. Pada
usia 11 tahun Sidis diterima di Universitas Harvard sebagai murid termuda.
Harvardpun kemudian terpesona dengan kejeniusannya ketika Sidis memberikan
ceramah tentang Jasad Empat Dimensi di depan para professor matematika.
Lebih dasyat lagi : Sidis mengerti 200 jenis bahasa di dunia dan bisa
menerjamahkannya dengan amat cepat dan mudah. Ia bisa mempelajari sebuah
bahasa secara keseluruhan dalam sehari !!!!
Keberhasilan William Sidis adalah keberhasilan sang Ayah, Boris Sidis yang
seorang Psikolog handal berdarah Yahudi. Boris sendiri juga seorang
lulusan Harvard, murid psikolog ternama William James (Demikian ia
kemudian memberi nama pada anaknya) Boris memang menjadikan anaknya
sebagai contoh untuk sebuah model pendidikan baru sekaligus menyerang
sistem pendidikan konvensional yang dituduhnya telah menjadi biang keladi
kejahatan, kriminalitas dan penyakit. Siapa yang sangka William Sidis
kemudian meninggal pada usia yang tergolong muda, 46 tahun – sebuah saat
dimana semestinya seorang ilmuwan berada dalam masa produktifnya. Sidis
meninggal dalam keadaan menganggur, terasing dan amat miskin. Ironis.

Orang kemudian menilai bahwa kehidupan Sidis tidaklah bahagia. Popularitas
dan kehebatannya pada bidang matematika membuatnya tersiksa. Beberapa
tahun sebelum ia meninggal, Sidis memang sempat mengatakan kepada pers
bahwa ia membenci matematika – sesuatu yang selama ini telah melambungkan
namanya. Dalam kehidupan sosial, Sidis hanya sedikit memiliki teman.
Bahkan ia juga sering diasingkan oleh rekan sekampus. Tidak juga pernah
memiliki seorang pacar ataupun istri. Gelar sarjananya tidak pernah
selesai, ditinggal begitu saja. Ia kemudian memutuskan hubungan dengan
keluarganya, mengembara dalam kerahasiaan, bekerja dengan gaji seadanya,
mengasingkan diri. Ia berlari jauh dari kejayaan masa kecilnya yang
sebenarnya adalah proyeksi sang ayah. Ia menyadarinya bahwa hidupnya
adalah hasil pemolaan orang lain. Namun, kesadaran memang sering datang
terlambat.

Mengharukan memang usaha Sidis. Ada keinginan kuat untuk lari dari
pengaruh sang Ayah, untuk menjadi diri sendiri. Walau untuk itu Sidis
tidak kuasa. Pers dan publik terlanjur menjadikan Sidis sebagai sebuah
berita. Kemanapun Sidis bersembunyi, pers pasti bisa mencium. Sidis tidak
bisa melepaskan pengaruh sang ayah begitu saja. Sudah terlanjur tertanam
sebagai sebuah bom waktu, yang kemudian meledakkan dirinya sendiri.

Pengertian Merek

Dunia industri terus berkembang dinamis dan persaingan yang begitu ketat semakin meningkatkan kesadaran para pelaku bisnis akan pentingnya sebuah merek. Bahkan karena pertimbangan merek pula yang menyebabkan Salim Group (holding company terbesar di Indonesia) berani membeli merek Bimoli senilai Rp. 25 Miliar dari Sinar Mas. Salim Group juga memborong beberapa merek yang dianggap memiliki ekuitas tinggi seperti kopi Tugu Luwak dan kecap Piring Lombok.

Merek merupakan asset sangat bernilai yang disebut goodwill dan terpampang di neraca. Merek pulalah yang akan memberikan revenue dimasa mendatang.

Namun apakah sejatinya sebuah merek itu ?
Pengertian merek menurut David A.Aaker adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu. Dengan demikian suatu merek membedakannya dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh kompetitor. Sedangkan menurut William J. Stanton merek adalah nama, istilah, simbol atau desain khusus atau beberapa kombinasi unsur ¬unsur ini yang dirancang untuk mengidentifikasikan barang atau jasa yang ditawarkan oleh penjual. Dengan demikian, dapat disimpulkai bahwa merek mempunyai dua unsur, yaitu Brand name yang terdiri dari huruf-huruf atau kata¬ kata yang dapat terbaca, serta Brand mark yang berbentuk symbol.Merek mengandung janji perusahaan untuk secara konsisten memberikan ciri, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek lebih dari sekadar jaminan kualitas karena di dalamnya tercakup enam pengertian berikut ini.

1. Atribut produk, seperti halnya kualitas, gengsi, nilai jual kembali desain, dan lain-lain. Mercedes menyatakan sesuatu mahal, produk yang dibuat dengan baik, terancang baik, tahan lama, bergengsi tinggi, dan sebagainya.
2. Manfaat. Meskipun suatu merek membawa sejumlah atribut konsumen sebenarnya membeli manfaat dari produk tersebut. Dalam hal ini atribut merek diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional atau manfaat emosional. Sebagai gambaran, atribut “mahal” cenderung diterjemahkan sebagai manfaat emosional, sehingga orang yang mengendarai mercedes akan merasa dirinya dianggap penting dan dihargai.
3. Nilai. Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. Mercedes menyatakan produk yang berkinerja tinggi, aman, bergengsi, dan sebagainya. Dengan demikian produsen Mer¬cedes juga mendapat nilai tinggi di mata masyarakat.
4. Budaya. Merek juga mencerminkan budaya tertentu. Mercedes mencerminkan budaya Jerman yang terorganisir, konsisten, tingkat keseriusannya tinggi, efisien, dan berkualitas tinggi.
5. Kepribadian. Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu. Sering kali produk tertentu menggunakan kepribadian orang yang terkenal untuk mendongkrak atau menopang merek produknya.
6. Pemakai. Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut. Pemakai Mercedes pada umumnya diasosikan dengan orang kaya, kalangan manajer puncak, dan sebagainya. Pemakai Dimension Kiddies tentunya adalah anak-anak.

Jadi, Merek adalah nama, terminologi, tanda, simbul atau desain atau kombinasi diantaranya, yang ditujukan untuk mendidentifikasi barang atau jasa dari satu penjual atau kelompok penjual dan untuk mebedakannya dari pesaing. Beberapa bagian merek antara lain adalah nama merek, tanda merek, merek dagang, dan copyright. Nama merek adalah bagian dari merek dimana bagian dari merek yang dapat disebutkan atau dieja. Tanda merek adalah bagian dari merek yang tidak dapat dieja atau disebutkan, seperti simbol, desain atau warna atau huruf yang berbeda. Merek dagang adalah merek atau bagian merek yang diberikan untuk melindungi secara hukum-yaitu melindungi penjual untuk menggunakan hak eksklusif untuk menggunakan nama merek atau tanda merek. Copyright adalah hak hukum eksklusif yang diberikan untuk menggandakan, mempublikasikan, dan menjual segala sesuatu yang berbentuk buku, musik atau karya artistik.

Mengapa Bisnis Harus Syariah ?

Ada pertanyaan menarik setiap kali konsep-konsep syariah (baca: Islam) dilontarkan dalam berbagai kesempatan. Bahkan pertanyaan ini (jika tidak salah ingat) pernah juga menjadi dialog yang berkepanjangan di salah satu milist para peminat ekonomi syariah di Indonesia. Pertanyaan itu adalah, “Mengapa harus syariah ?”.

Ya, mengapa harus syariah ? Sebagian orang mungkin akan berkomentar. Toh tanpa syariah, ekonomi kita dan bangsa ini bisa berjalan dengan baik. Lihatlah data yang dilansir oleh berbagai media yang bersumber dari pemerintah. Angka pertumbuhan positif mencapai 6,3%, laju inflasi mampu ditekan sampai pada 6,25%, suku bunga rata-rata 8,0%, nilai tukar rupiah rata-rata Rp.9.135,- per USD, cadangan devisa sebesar 52,8 miliar USD, IHSG berhasil menembus level psikologis 2.000. Pertumbuhan itu juga diikuti dengan turunnya tingkat pengangguran terbuka sebesar 384 ribu dibanding tahun 2006, serta turunnya angka kemiskinan sebesar 2,13 juta dibandingkan tahun 2006. Semuanya menunjukkan, tanpa perlu syariah, ekonomi dan bisnis di negeri ini bahkan dunia bisa ‘menghidupi’ semua umat manusia.

Tidak jarang, ada pula orang yang menganggap bahwa sistem ekonomi termasuk di dalamnya bisnis yang sekarang (baca: kapitalis-liberal) dan banyak diadopsi orang, perusahaan dan berbagai negara ini adalah konsep terbaik. Final ! Khususnya mereka yang banyak mendapatkan kenyamanan (comfort) dalam sistem ini. Barangkali tidak salah, apa yang dikatakan Rhenald Kasali dalam bukunya “Change!”.Intinya dikatakan, “Awalnya seseorang membuat sistem (mekanisme tertentu). Namun berikutnya ia sendiri terjebak dalam sistem itu, hingga ia tidak mampu untuk berubah meski ke arah yang lebih baik”. Sindiran ini bisa jadi, sadar atau tidak kita lakukan juga. Termasuk saat ini, saat didera oleh berbagai krisis kehidupan.

Baiklah, saya akan coba ajukan beberapa pandangan, mengapa harus syariah. Dan benarkan ini sebuah alternatif yang lebih baik ?

Pertama. Kenyataan saat ini, menunjukkan bahwa praktek ekonomi juga bisnis kapitalis-liberal telah membuat kesenjangan yang begitu besar antar si kaya dan si miskin. Kesempatan berbisnis hanya dimiliki oleh mereka yang punya modal kapital besar dan tega melakukan apapun. Dengan asas kebebasannya (liberal), apapun bisa dibisniskan yang penting untung dan untung ! Salah satu contohnya adalah praktek riba. Praktek inilah yang membuat banyak investor lebih senang bisnis di sektor non riil dibanding sektor riil. Akibatnya perputaran modal yang seharusnya akan menghasilkan produksi barang/jasa dan akhirnya mendorong terjadinya pembukaan lapangan kerja yang luas menjadi mandul. Belum lagi di praktek pasar saham, pasar uang dan sejenisnya.

Kenyataan data diatas (data dari pemerintah), ternyata tidak sama dengan kenyataan di lapangan. Tidak bisa dipungkiri, masyarakat saat ini merasakan betapa mahalnya harga-harga kebutuhan pokok, minyak dan gas (BBM). Begitu pula dengan biaya kesehatan dan pendidikan yang semakin tidak terjangkau. Kesempatan pengembangan bisnis yang hanya bisa dirasakan oleh sekelompok elit pengusaha, sementara sebagian besar cukup dimasukkan dalam unit usaha yang kecil-kecil. Pemberlakuan pajak yang tidak pandang bulu. Padahal (kalau mau jujur) apa peran pemerintah terhadap pengembangan usaha mereka?

Kedua. Secara empiris, dan dibandingkan secara fair antara sistem ekonomi dan bisnis saat ini (yang sedang berjaya) dan saat sistem Islam juga pernah berjaya dan diterapkan (sejarah mengatakannya dengan istilah Khilafah Islamiyah), maka akan nampak bahwa syariah terbukti telah mampu menyejahterakan umat manusia. Diterapkannya mata uang emas dan perak (dinar dan dirham) terbukti tidak memunculkan masalah moneter (krisis moneter) seperti yang pernah dialami belahan dunia Selatan termasuk Indonesia pada tahun 1997/1998 lalu. Dan masalah moneter muncul manakala sistem sistem ini diganti– setelah PD II, dengan mata uang kertas yang berfungsi sebagai alat tukar sekaligus komoditas (diperjual belikan).

Ketiga. Secara historis tercatat, diterapkannya syariah dikehidupan masyarakat membuat mereka menjadi makmur. Salah satu contohnya yang mashur adalah saat Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah. Tidak ada satupun penduduknya di jazirah Arab yang mau menerima zakat lantaran semua menolaknya, karena mereka sudah hidup berkecukupan dan makmur. Padahal sebelumnya mereka hidup dalam kekurangan.

Keempat, keimanan (keyakinan spiritual). Keyakinan bahwa manusia adalah ciptaan Allah swt dan akan kembali kepada-Nya dengan sebuah pertanggungjawaban (yaumul hisab), secara pasti akan membuat manusia taat atas segala yang dilarang dan diperintahkan oleh-Nya. Keimanan pula yang membuat seseorang yakin akan janji-janji Allah sekaligus dampak buruk yang akan menimpanya akibat meninggalkan perintahnya atau melakukan apa yang dilarang-Nya. Keimanan ini yang membuat bisnis yang dilakukan akan menjadi berkah dunia akhirat.

Kelima. Gunakan pikiran jernih dan terbuka terhadap kebenaran, maka akan nampak bahwa realitas mengharuskan adanya perubahan, dan syariah (jika dikaji dengan benar) insyaAllah merupakan alternatif satu-satunya. Seringkali seseorang menolak kebenaran yang didapatnya hanya karena faktor-faktor yang tidak esensial, meski dalam akal jernihnya hal itu benar. Hanya karena orang yang menyampaikan tidak memiliki latar belakang keilmuan dan pengalaman yang lebih baik dirinya–misalnya, kebenaran yang diketahuinya pun ditolak.

Sebagai penutup, mari kita renungkan firman Allah swt berikut ini :

“Maka demi Tuhan mu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
[TQS. An-Nisa’: 65]

Bagaimana menurut Anda ? Semoga bermanfaat.

Ditulis oleh Bey Laspriana

Catatan Branding: Growth Beyond The Core ala Ahmad Dhani Share

Bagi anda yang berdomisili di Indonesia, siapa yang tidak kenal Ahmad Dhani ?

Terlepas dari segala kontroversi mengenai Ahmad Dhani yang selalu menghiasi perilakunya ada baiknya juga memahami sisi lain dari Ahmad Dhani yang sangat mumpuni dalam berbisnis. Maka tulisan ini mencoba melihat bagaimana kejeniusan Dhani dalam membangun Republik Cinta Manajemen menjadi salah satu manajemen artis yang hampir membuat persaingan menjadi irelevan (bahkan sampai saat ini!!)

Sebelum membahas lebih lanjut sepak terjang Ahmad Dhani dengan RCM nya, paling tidak mari kita simak gambaran umum pasar musik di Indonesia saat ini:

1. Life Cycle Band/artist saat ini sangat cepat sekali
hal ini bisa dilihat dari bagaimana suatu artis muncul kemudian meledak lalu kemudian tenggelam dengan cepat.

2. Fitur dari masing-masing Band sudah tidak bisa dibeda-bedakan antara satu band dengan band yang lain. Mungkin ini pula yang membedakan band yang memiliki keunggulan kompetitif dengan yang tidak. Tentunya kita masih ingat akan keberadaan band-band jaman dulu yang masih kuat sampai sekarang seperti Gigi, Dewa, atau Kla Project misalnya.

3. Strategi yang diusung adalah berorientasi kepada selera pasar. Hal ini juga ditunjukkan dengan bagaimana miskinnya kreatifitas dalam bermusik sehingga apabila terdapat aliran musik yang ngetren saat ini maka akan muncul banyak pengikut yang ingin mengekor kesuksesan sang pendahulu. it’s fad marketing strategy dude.

4. Diferensiasi yang jelas antara satu band dengan band yang lain semakin memudar. Coba aja lihat personilnya baik muka, baju,atau bahkan gaya rambutnya cenderung mirip-mirip. Asal-asalan dalam memilih nama band dan satu lagi, ciri khas grupnya tidak dibangun secara serius bahkan cenderung dirusak oleh “oknum” anggota band yang banyak berulah dan entah kenapa biasanya si pembuat ulah adalah sang vokalis (kecenderungannya sih)

terlepas dari gambaran umum industri musik kita yang cenderung generik. Ahmad Dhani dengan RCM nya menunjukkan kemampuannya untuk menjadi berbeda dengan yang lain.

Apa yang dilakukan oleh Dhani??

Dalam khazanah teori bisnis saya tertarik dengan ide Chris Zook mengenai konsep “growth beyond the core”

kata kunci dari growth beyond the core adalah repeatable formula. Formula yang bisa diulang inilah yang dijadikan sebagai senjata kita untuk keluar dari jebakan core bisnis kita. Keluar dari core bisnis bukan berarti hanya keluar dari bisnis inti saja tetapi keluar dari jebakan bisnis yang cash flow nya semakin tergerus karena persaingan sudah sedemikian berdarah-darah atau biasa disebut sebagai red ocean.

Menterjemahkan blue ocean itulah yang dilakukan oleh Ahmad Dhani dengan cara:

1. Memperluas visinya dalam memahami dinamika pasar yang jauh lebih luas (broad market vision) dibandingkan terjebak pada pasar yang sempit atau generik (narrow focus). Sadar bahwa Dewa akan memasuki fase menurun membuat Dhani berpikir keras agar cash flow dari bisnis utamanya tidak tergerus terus menerus.

Dalam kasus ini Dewa 19 menjadi pembelajaran terpenting bagi terasahnya sisi bisnis maupun individual Dhani dalam memahami hiruk pikuknya dunia musik tanah air. Kemampuan Dhani memperpanjang life cycle Dewa 19 menunjukkan bagaimana perkembangan Dewa dari sejak fase infant sampai kemudian tumbuh menjadi band remaja serta menjadi semakin dewasa.

Visionernya karena sepanjang sepak terjang Dewa, mereka berkembang melewati target segmen awal mereka. Ketika awalnya pasar yang dibidik adalah remaja maka sepanjang perjalanan lagu-lagu Dewa pun ternyata bisa dinikmati secara lintas segmen. Masih ingat lagu “SATU”?? Lagu ini ternyata menjadi ngetop karena tidak hanya disenangi remaja dengan cinta platonisnya tetapi juga dianggap lagu yang mewakili segmen dewasa karena dipersepsikan memiliki nilai relijius. Apa yang dilakukan oleh Dhani ini disebut juga sebagai menguasai segmen dari atas sampai bawah (vertical market demand).

2. Repeatable Formula.
Akumulasi pengalaman dengan Dewa lah yang kemudian mengasah kemampuan melihat peluang keluar dari segmen utama yang selama ini dilayani oleh Dewa, maka dengan kemampuan itulah Dhani sepertinya mampu mengulangi formula yang sama dengan pengalaman yang dimiliki Dewa untuk membuat bisnis-bisnis baru melalui produk-produk baru seperti Mulan Jameela, Dewi-Dewi (MAhadewi) dan The Virgin serta Andra and the Backbone misalnya dan juga mampu bergerak ke luar dari mainstream pop menjadi dangdut, rock, swing dan jazz. Inilah luar biasanya karena semuanya sudah dikalkulasikan dari sisi bisnis dipadukan dengan pengalaman yang dimiliki oleh Ahmad Dhani. Memanfaatkan peluang inilah yang disebut sebagai lateral market demand

Hal ini dilakukan karena Dhani sadar bahwa Dewa akan memasuki life cycle mature dan kemudian decline namun dengan strategi yang tepat dia masih mampu memainkan strategi reminding dengan menciptakan single-single yang bisa membuat orang untuk tetap ingat Dewa namun cash cow nya bukan lagi di Dewa tetapi sudah menjadi banyak dan bukan tidak mungkin kita menantikan formula berulang ala Ahmad Dhani dalam menciptakan merek band baru yang sangat sukses.Jadi? Go vertical dan lateral!

Menarik ditunggu!!

Cerita Motivasi: Lentera Kehidupan

Alkisah, suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari mengunjungi sahabatnya yang sedang sakit.

“Hai sobat, aku pulang dulu ya, cepat sembuh deh biar lain kali kita bisa ngobrol lebih lama lagi.”

“‘Bentar, aku ambilin lentera dulu ya,” sahut temannya.

“Hahaha….buat apa lentera? Lentera segede orang pun aku juga nggak bisa lihat. Sudahlah, aku pasti bisa pulang kok!”

“Di luar sudah gelap. Lentera ini untuk orang lain agar bisa melihat kamu, supaya mereka tidak menabrakmu,” jawab sahabatnya dengan lembut.

Akhirnya si buta pun membawa lentera itu dalam perjalanan pulangnya.

Tak berapa lama, ada seorang pejalan kaki yang menabraknya. Dalam kagetnya dia berseru:
“Hai! Kamu kan punya mata, beri jalan buat orang buta dong!”

Si penabrak tidak ambil peduli, dan berlalu begitu saja.

Tidak terlalu jauh berjalan, seorang pejalan lainnya kembali menabrak si buta. Kali ini si buta mengumbar marahnya.

“Hai! Apa kamu buta? Tidak bisa melihat ya? Aku membawa lentera ini supaya kamu bisa lihat dan tidak nabrak orang.”

Pejalan kaki itu dengan sengit menjawab,”Kamu yang buta! Lihat tuh, lenteramu padam!”

Keduanya sama-sama tertegun.

Si penabrak yang menyadari situasi segera berkata, “Oh oh, maaf. Sayalah yang ‘buta’, saya sungguh tidak melihat kalau Anda adalah orang buta.”

“Tidak, tidak apa. Saya tidak tahu kalau lentera ini padam. Maafkan kata-kata2 kasar saya,” jawab si buta tersipu malu.

Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali lentera yang dibawa si buta, dan kemudian mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.

Pada saat yang bersamaan, seorang pejalan kaki kebetulan berada di dekat situ. Dalam keremangan malam, nyaris saja dia menabrak mereka. Dalam hati dia berkata, “Rasanya lain kali aku harus membawa sebuah lentera juga. Jadi aku bisa melihat jalan dengan baik dan orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka.”

A Philosophy To Live By – By Zig Ziglar

Wisdom goes back a long way and comes in the form of examples, illustrations, stories, cliches, parables, etc. One of the oldest bits of philosophy says that “for want of a nail a shoe was lost, for want of a shoe a horse was lost, for want of a horse a rider was lost, for want of a rider a leader was lost, for want of a leader a battle was lost, for want of a victory a war was lost, for want of a plan a nation was lost.”

One variation of that could well be in the form of some ancient Chinese philosophies which are frequently rich in wisdom and truth and, regardless of their age, many of them are as applicable today as they have ever been. They frequently carry truths that apply to people and nations, regardless of the century in which we’re living. One of those gems is this one: “If there is righteousness in the heart, there will be duty in the character. If there is duty in the character, there will be harmony in the home. If there is harmony in the home, there will be order in the nation. When there is order in the nation, there will be peace in the world.”

This philosophy is both “simple” and “profound.” “Simple” is “not complex or complicated, as a machine of simple construction.” I believe you will agree that most of us appreciate some things that are simple and easy to understand, such as truth and integrity. The word “profound” is “deep, descending, or being far below the surface, not superficial.” Profound also means humble, as a profound reverence for the Supreme Being. That certainly gives us something to think about, doesn’t it? So, think about it and I’ll see you at the top!
_______________
Zig Ziglar is a teacher and motivator. He offers a newsletter filled with more of his inspiring stories as well as practical ideas to help you in the areas of sales, marketing, customer service, and related topics. You can visit him at http://www.zigziglar.com.

-what are your thoughts on the ideas shared above from Mr. Zig Ziglar?

Arsip

Masukkan alamat surat elektronik Anda untuk mengikuti blog ini dan menerima pemberitahuan tentang tulisan baru melalui surat elektronik.

Bergabung dengan 9 pelanggan lain

Alexa Rate

Masukkan alamat surat elektronik Anda untuk mengikuti blog ini dan menerima pemberitahuan tentang tulisan baru melalui surat elektronik.

Bergabung dengan 9 pelanggan lain